Jumat, 04 Juli 2014

PRABOWO - HATTA Vs JOKOWI - JK PERTARUNGAN "STAR WAR"

Foto :Simomot.com
Hari Rabu tanggal 9 Juli 2013 akan menjadi hari yang paling bersejarah bagi bangsa Indonesia pasca reformasi, sebuah pertarungan dua kekuatan besar politik di negeri ini akan digelar, dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden akan "bertarung head to head" pada Pemilu Capres Indonesia, pasangan Prabowo - Hatta berpasangan dengan pasangan Jokowi - JK.


Siapa yang bakal menjadi pemenang?. Pertanyaan inilah yang banyak menjadi perbincangan para pengamat dan para analis politik Indonesia saat ini, suasana Jakarta ibukota Indonesia saat ini terasa semarak dengan peristiwa dan acara-acara politik baik yang dilaksanakan langsung oleh kedua tim kandidat maupun oleh para tokoh maupun media ibukota. Salah satu tujuan mereka tidak lain dari mencoba mencari arah untuk dapat menjawab pertanyaan penting tadi.
Sejumlah lembaga survey bekerja keras baik yang bekerja untuk kepentingan salah satu kandidat maupun lembaga survey independen termasuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berupaya melakukan survey untuk mendapatkan gambaran yang valid tentang siapa diantara kedua pasangan Capres/Capwapres tadi yang bakal unggul pada Pilpres nanti.
Hasil lembaga survei tersebut hingga saat ini memang beragam, namun ada kecenderungan mereka meunggulkan pasangan nomor urut dua Joko Widodo - Jusup Kalla, menurut angka yang mereka dapatkan pasangan ini unggul berkisar antara 3 sampai 5 persen diatas pasangan nomor urut satu.
Perbedaan tersebut secara statiska memang cukup siqnifikan, akan tetapi mengingat survei yang dilakukan sejumlah lembaga survey tadi masih beberapa minggu sebelum hari pemungutan suara, maka sangat mungkin dengan sisa waktu yang ada terjadi perubahan yang memungkinkan kedua pasangan ini menjadi imbang atau sebaliknya pasangan nomor urut satu menjadi lebih unggul ataupun sebaliknya pasangan nomor urut dua menjadi semakin unggul.
Tentu saja semua itu bisa saja terjadi, karena pertarungan kedua pasang kandidat benar-benar sengit, sampai-sampai salah seorang tokoh reformasi Prof Amien Rais yang mungkin kelepasan ngomong menyebutkan pertarungan Pilpres kali ini sebagai "Perang Badar", Walaupun kemudian terhadap ucapan tokoh reformasi Indonesia itu mendapat kritik dari banyak pihak, sebagai guru besar ternama tentu Amien Rais tidak asal ucap, banyak fakta yang mengarah kepada akan sengitnya pertarungan Pilpres kali ini.
Prabowo Subianto dengan semangat dan jiwa prajuritnya, dia dapat disebut sebagai "Sang Pemberani", dia selalu tampil dengan tag line "tegas" dan "berani" untuk mengangkat dan menjaga harkat dan martabat bangsa Indonesia yang memang akhir-akhir ini terasa terpuruk, dia menawarkan berbagai solusi untuk kesejahteraan rakyat.
Joko Widodo juga dengan semangat "kerakyatannya", dia dapat disebut sebagai "Bintang" dimata rakyat dan media, gagasannya selalu menyentuh kepentingan rakyat, pada setiap kesempatan selalu tampil dengan tag line "Sederhana dan Merakyat". Gagasan-gagasan dan program yang dia tawarkan dinilai banyak kalangan cocok untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.
Oleh karena itu bila disimak secara mendalam, filosophy kedua tokoh ini tidak jauh berbeda, mereka memiliki idealisme untuk membangun Indonesia menjadi bangsa yang "besar" dan disegani oleh bangsa-bangsa dunia, ini bermakna kalau kedua tokoh ini adalah benar-benar putra terbaik bangsa Indonesia saat ini.
Namun kita juga mengetahui parsis kalau kedua kubu masing-masing didukung oleh "kekuatan besar" (kekuatan politik maupun kekuatan ekonomi), sehingga yang sesungguhnya bertarung pada Pilpres Indonesia kali ini bukan hanya Prabowo Subianto Vs Joko Widodo saja, juga bukan pula pertarungan antara Hattarajasa Vs Jusuf Kalla, akan tetapi pertarungan antara dua kekuatan besar yang ada di belakang mereka, kekuatan mana memiliki banyak kepentingan yang menjadi "penumpang gelap" Pilpres kali ini, mereka
tidak hanya memiliki kepentingan politik saja dalam artian berjuang untuk memenangkan kandidat mereka demi perubahan dan perbaikan bangsa, akan tetapi mereka lebih banyak memiliki kepentingan ekonomi dan bisnis para kroni dan konglomerasi yang selama ini sudah menjadi "raja" di dunia bisnis Indonesia atau yang diniatkan untuk menjadi "raja" ketika nanti kandidatnya memenangkan Pilpres.
Jika boleh kita anggap Pilpres kali ini sebagai sebuah pertarungan juara nasional olehraga tinju, maka selain sengitnya pertarungan diatas ring, juga pertarungan diluar/dibawah ring lebih sengit lagi. Semua mereka yang ada dalam lingkaran kepentingan akan saling bertarung, tentu akan sangat berbahaya bila ada fikiran bahwa kemenangan di atas ring ditentukan oleh pertarungan diluar ring, kondisi demikian sudah tampak jelas dengan maraknya kampanye hitam bahkan kampanye fitnah yang terjadi saat ini, tim pemenangan masing-masing kandidat tidak mengakui dilakukan oleh tim mereka, secara jelas tim pasangan Prabowo - Hatta menyebutnya sebagai ulah pihak ketiga yang tidak ingin melihat Pilpres ini berjalan lancar dan damai.
Oleh karena itu, kita sangat yakin, kalau kedua kandidat Presiden baik Prabowo Subianto maupun Joko Widodo memiliki niat yang sangat baik untuk Indonesia, mereka memiliki idealis dan kapasitas yang tidak diragukan untuk menjadi seorang kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Mereka tidak punya niat yang aneh-aneh, tetapi memang ingin mengabdi secara tulus untuk negerinya. Akan tetapi mereka yang ada "dibelakang" kedua kandidat yang mungkin mempunyai niat atau harapan yang besar untuk kepentingan mereka atas kemenangan kandidatnya.
Kondisi yang ada sepekan menjelang hari H, ada indikasi kelompok-kelompok kepentingan yang menjadi "penumpang gelap" tim pemenangan kandidat Pilpres ataupun sebagai pemberi logistik (donatur) akan menghalalkan segala cara untuk memenangkan kandidatnya masing-masing, bisa jadi mereka bertarung dengan cara yang tidak terpuji, tidak beretika dan membabi buta, sebab bagi mereka yang penting kandidatnya menang, kandidatnya menang berarti mereka juga menang.
Hal ini yang akan membuat Pilpres kali ini bisa menjadi "pertarungan star war" (perang bintang). Maksudnya tidak lain, menjelang dan pada Pilpres kali ini semua "persenjataan" ganggih akan dikeluarkan, semua prajurit yang pandai berperang dilangit akan dikerahkan, semua sumber daya akan dicurahkan untuk memenangkan perang bintang kali ini. Hampir dipastikan akan banyak korban, bahkan bisa jadi "menang jadi arang kalah jadi abu".
Tidak hanya para analis dan pengamat, Presiden SBY juga sepertinya memperhatikan kondisi yang kini sedang terjadi, karena itu dia sudah memerintahkan jajaran aparat keamanan untuk siaga penuh dan bertindak tegas terhadap para perusuh bila hal itu terjadi. Tentu saja kekhawatiran tadi tidak boleh terjadi, untuk itu penyelenggara Pemilu (KPU dan BAWASLU) harus benar-benar melaksanakan tugas dan kewajiban mereka dengan penuh tanggung jawab serta semua warga negara menyadari hak dan kewajibannya, karena siapapun, kandidat manapun yang menang berarti itu kemenangan semua rakyat Indonesia. Pores politik yang namanya Pilpres mestinya menjadi perekat persatuan, kesatuan dan perdamaian di Tanah Air kita.(J/1).

----------------
Sumber : (dari berbagai sumber)



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...