Mesin politik, berupa struktur partai koalisi semakin digerakan dari pusat hingga ke desa-desa diseluruh Indonesia, bermacam trik pun dilakukan untuk merebut hati para calon pemilih terutama mereka yang hingga kini masih belum menetapkan pilihan mereka.
Minggu ini kondisi persaingan antara kedua kubu semakin panas, tidak saja disebabkan adanya serangan kampanye negatif ataupun kampanye hitam, akan tetapi karena adanya keputusan elit Partai Demokrat untuk bergabung ke kubu Prabowo - Hatta sebagaimana diserukan oleh Marzuki Ali, Senin (1/7) kemarin.
Marzuki Ali menyerukan kepada semua komponen Partai pemerintah itu untuk mendukung dan memilih pasangan nomor urut 2 Prabowo - Hatta pada pemungutan suara 9 Juli nanti. Pernyataan anggota Badan Pembina Partai Demokrat tersebut memang sudah diduga para analis dan pengamat politik, dugaan tersebut didasarkan beberapa pernyataan Calon Presiden Prabowo Subianto, bahwa ia dan Hatta akan melanjutkan kebijaksanaan pembangunan Susilo Bambang Yudoyono (SBY).
Keputusan Partai Demokrat tersebut sesungguhnya tidaklah bulat, sejumlah kader Partai Demokrat sudah bergabung ke kubu Jokowi - JK, diantaranya Ruhut Sitompul dan sejumlah para kader Demokrat loyalis Anas Urbaningrum.
Bergabung demokrat ke kubu Prabowo - Hatta minggu ini bagi tim pemenangan Jokowi - JK tidak dianggap remeh, mereka dari pusat hingga ke daerah-daerah semakin meningkatkan intensitas kampanye, mereka semakin merapatkan barisan untuk mengatisipasi "serangan" yang semakin kuat dari lawan politik mereka.
Untungnya pernyataan integrasi Partai Demokrat kali ini hanya diucapkan oleh seorang Marzuki Ali, bukan oleh sang pendiri sekaligus ketua umum dan ketua Dewan Pembinanya Susilo Bambang Yudoyono, sehingga sejumlah kalangan dukungan tersebut hanya datang dari kelompok Marzuki Ali dan kawan-kawan, yaitu hanya lebih menegaskan dukungan para anggota DPR RI dari Partai Demokrat sebelumnya.
Selain itu untuk tingkat daerah menurut pengamatan Media ini nampaknya seruan Marzuki Ali tersebut tidak banyak berpengaruh, sejumlah pengurus daerah sudah banyak yang terlebih dahulu mendukung pasangan Jokowi - JK, sehingga tidak mungkin lagi mereka putar haluan. Kegiatan kampanye pasangan nomor 1 tersebut selain dimotori Partai Gerindra, juga banyak dimotori oleh fungsionaris Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional. (J/1)